Rabu, 22 Februari 2012

Momen Emas Berdoa

Berdoa mungkin telah menjadi kebutuhan primer kita. Setiap saat dalam kehidupan kita senantiada diisi ibadah yang satu ini. Minimal dalam bacaan shalat lima waktu.

Tidak dipungkiri lagi bahwa biasanya kita berdoa pada saat ada tuntutan kehidupan yang belum terpenuhi. Spirit bermunajat naik seketika. Tingkat kekhusyuan berdoa melonjak saat itu juga. Harapan penuh akan dikabulkannya doa menyeruak dalam hati. Total menghamba dan memohon kepada sang ilahi Robbi.

Ada satu hal penting yang mesti kita ketahui berkenaan dengan ibadah yang disebut Rasulullah sebagai senjata orang yang beriman, tiangnya agama, dan cahaya langit dan bumi ini. Ya, kapan waktu yang paling tepat untuk berdoa? Inilah yang akan menjadi tema kajian kita kali ini.

Ada momen-momen tertentu dalam napas kehidupan kita yang terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja tanpa berdoa. Dan inilah momen-momen tersebut:

1. Lailah al-qadr

Inilah satu malam yang lebih baik dari seribu bulan yang diburu oleh semua insan rabbani. Malam yang begitu menggetarkan relung hati para pencinta surga, karena dengan izin Allah, para malaikat dan malaikat Jibril turun pada malam itu untuk mengatur segala urusan. Malam yang diliputi kesejahteraan hingga terbit fajar.

Rasulullah bersabda, “Barangsiapa beribadah pada lailah al-qadr dengan penuh keimanan dan pengharapan, maka dosa-dosanya yang terdahulu akan diampuni”. (HR. Asy-Syaikhan).

Bukankah Rasulullah pernah bersabda bahwa doa itu adalah otaknya ibadah? Oleh karena itu, jangan sia-siakan momen emas dan malam spesial yang hanya datang sekali dalam setahun tersebut.

2. Hari ‘Arafah

Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik doa adalah pada hari ‘Arafah”. (HR. Tirmidzi).

Dalam hadits lain beliau juga bersabda, “Tidak ada satu hari pun yang lebih utama di sisi Allah selain hari ‘Arafah. Pada hari itu Allah SWT turun ke langit dunia, maka ia bermegah-megah dengan penghuni dunia, kepada penghuni langit. Ia berfirman, ‘Perhatikanlah hamba-hamba-Ku itu, mereka datang dengan rambut kusut dan berdebu, berjemur di bawah terik panas matahari, mereka datang dari penjuru dunia yang jauh. Mereka mengharapkan rahmat-Ku dan tidak akan melihat azab-Ku. Maka tidaklah akan kelihatan banyaknya orang yang dibebaskan dari neraka, daripada hari ‘Arafah itu”. (HR. Abu Ya’la, Al-Bazzar, Ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah).

3. Bulan Ramadhan

Rasulullah bersabda, “Ada tiga golongan yang tidak akan ditolak doanya: orang yang shaum saat berbuka, pemimpin yang adil, dan orang yang dizalimi”. (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

4. Pada hari jum’at

Rasulullah bersabda, “Pada hari jum’at ada satu saat yang tidaklah seorang hamba memohon sesuatu melainkan Allah Ta’ala akan memberikan permintaannya selama ia tidak memohon hal yang diharamkan”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Rasulullah pernah menyebut hari jum’at, lalu bersabda, “Pada hari jum’at itu ada satu saat yang apabila kebetulan seorang muslim menegakkan shalat sambil meminta sesuatu (berdoa) kepada Allah Azza wa Jalla, maka Allah akan memberinya apa yang dia minta, seraya Rasul mengisyaratkan dengan tangannya menyedikitkan saat itu”. (HR. Muttafaq ‘Alaih).

5. Pada waktu tengah malam atau akhir malam

Rasulullah bersabda, “Pada tiap malam, Tuhan kita turun ke langit dunia ketika bersisa sepertiga malam yang akhir. Allah berfirman, “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, pasti akan Aku kabulkan. Barangsiapa yang memohon kepada-Ku, pasti akan Aku beri. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, pasti akan Aku ampuni”. (HR. Malik, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan selainnya).

Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa bila telah lewat sebagian malam atau dua pertiganya, Allah Yang Maha Memberkati dan MahaTinggi akan turun ke langit dunia, lalu berfirman, “Tidak ada seorang pun yang meminta, melainkan pasti akan Aku beri. Tidak ada seorangpun yang berdoa, melainkan pasti akan Aku kabulkan. Dan tidak ada seorang pun yang memohon ampun, melainkan pasti akan Aku ampuni sehingga tiba waktu subuh”.

“Waktu paling dekat antara Tuhan dengan seorang hamba adalah pada pertengahan malam. Jika engkau mampu menjadi orang yang berdzikir kepada Allah pada saat itu, maka kerjakanlah”. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

6. Setelah shalat fardhu

Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, kapankah doa yang paling didengar Allah? Rasulullah menjawab, “Doa di pertengahan malam dan doa setelah shalat wajib”. (HR. Tirmidzi).

7. Di waktu lapang

Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang menginginkan doanya dipenuhi Allah ketika ia dalam kesulitan, maka hendaklah ia memperbanyak doa di waktu lapangnya”. (HR. Tirmidzi dan Hakim).

“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah ‘Azza wa Jalla daripada doa ketika dalam keadaan lapang”. (HR. Hakim).

8. Di waktu sujud

Rasulullah bersabda, “Jarak yang paling dekat antara seorang hamba dengan Tuhannya ialah ketika sujud, maka perbanyaklah doa di waktu itu”. (HR. Muslim).

“Tidaklah seseorang menaruh keningnya seraya bersujud kepada Allah lalu berkata, ‘Tuhanku, ampunilah dosaku -tiga kali-, kecuali pada saat ia mengangkat kepalanya, melainkan dosa-dosanya telah diampuni”. (HR. Ibnu Abi Syaibah).

Imam Muslim dan yang lainnya meriwayatkan dari Rabi’ah bin Ka’ab yang sempat membantu Nabi saw. Ia berkata, “Aku tinggal bersama Rasulullah saw dan membawakan
air wudhunya dan untuk buang hajatnya. Rasul bersabda, ‘Mintalah kepadaku’. Aku berkata, ‘Aku mohon dapat menyertaimu di surga’ . Beliau bersabda, ‘Mintalah yang lainnya?’. Aku menjawab, ‘Cukup itu saja’. Lalu beliau bersabda, “Bantulah dirimu dengan memperbanyak sujud”.

9. Antara azan dan iqomat

Rasulullah bersabda, “Doa di antara azan dan iqomat tidak akan ditolak”. (HR. Tirmidzi).

Wallahu A’lam bishshawab.

Rabu, 15 Februari 2012

7 golongan yang dikabulkan doanya

Rasulullah saw bersabda, “Doa adalah ibadah … ” (HR. Ibnu Hibban). Doa merupakan ibadah yang dapat dilakukan siapa saja. Ringan, mudah, dan tidak memakan waktu yang relatif lama. Isi doa bisa beragam, tergantung kepada kebutuhan orangnya.
Doa menunjukkan kelemahan kita sebagai hamba yang dho’if terhadap Allah SWT Yang MahaKuat. Doa merupakan manifestasi ketidakberdayaan kita sebagai hamba yang sangat membutuhkan uluran tangan-Nya.
Dalam pandangan Allah SWT doa merupakan jenis ibadah yang sangat luhur dan agung. Allah mengkatagorikan orang yang tidak mau berdoa kepada-Nya sebagai orang yang arogan. “Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan doamu. Sesungguhnya orang-orang yang arogan dari beribadah kepada-Ku, mereka akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Al-Mukmin:60).
Adalah sangat arogan jika ada orang yang enggan berdoa kepada Allah. Dan ini merupakan bentuk arogansi yang terburuk di mata Allah. Bagaimana mungkin seorang hamba enggan berdoa kepada-Nya padahal Dia-lah yang menciptakannya, memberinnya rezeki, menyebabkannya ada dari ketiadaannya, menghidupkannya, mematikannya, …??? Tidak diragukan lagi bahwa arogansi seperti ini merupakan bentuk dari pengingkaran terhadap berbagai nikmat-Nya. Bahkan secara tegas dalam hadits riwayat Tirmidzi, Allah memurkai orang tersebut. “Barangsiapa yang tidak pernah memohon kepada Allah, maka Dia memurkainya” Demikian Rasulullah saw panutan kita bersabda. Senada dengan hadits tersebut, “Barangsiapa yang tidak pernah berdoa kepada Allah, maka Dia memurkainya” (HR. Ibnu Abi Syaibah).
Dalam kesempatan lain, Rasulullah pun mengingatkan kita bahwa tidak ada dalam kamusnya orang dibinasakan hanya karena ia berdoa. “Janganlah kamu merasa lemah dalam berdoa, karena sesungguhnya tiada seorang pun yang binasa karena berdoa” (HR. Ibnu Hibban).
Disebutkan dalam kitab Tuhfah Al-Dzakirin, ada beberapa katagori orang yang akan diijabah doanya oleh Allah SWT. Diantaranya sebagai berikut:
1. Al-Mudhthor (orang yang dilanda kesulitan).
Allah SWT berfirman, “Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang dilanda kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan serta menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di muka bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan yang lain? Amat sedikitlah kamu mengingat-Nya”. (QS. Al-Naml: 62).
Agar doa saat dilanda kesulitan diijabah, Rasulullah memberikan kiat khusus kepada kita. “Barangsiapa yang ingin diijabah doanya oleh Allah saat dilanda kesulitan, maka perbanyaklah intensitas doa pada saat senang’ (HR. Tirmidzi).
2. Doa orang yang dizalimi.
Rasulullah saw bersabda, “Ada tiga doa yang pasti akan dikabulkan: doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian, dan doa orangtua untuk anaknya” (HR. Tirmidzi. Tirmidzi menilai derajat hadits ini hasan).
Bahkan yang harus membuat kita waspada adalah sabda Rasulullah dalam riwayat Shahihain, “Hati-hatilah terhadap doa orang yang dizalimi, karena tidak ada hijab/penghalang antara doanya dengan Allah”
3. Doa orangtua untuk anaknya (lihat hadits di atas pada point no 2).
4. Doa orang yang saleh.
Rasulullah bersabda, “Tidaklah seseorang berdoa melainkan Allah akan memberikan permohonannya atau menghilangkan keburukannya, selama ia tidak berbuat dosa atau memutuskan silaturahim” (HR. Ahmad dan Tirmidzi. Al-Albani menilai derajat hadits ini hasan).
5. Doa anak yang berbakti kepada orangtuanya.
Pernah suatu ketika ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah, ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku senantiasa menggendong ibuku kemanapun beliau ada kebutuhan” kira-kira seperti itu kalau dibahasakan. Lalu laki-laki itu bertanya, “Apakah semua jasa ibuku telah terbayar” Rasulullah menjawab, “Tidak, sedikit pun belum terbayar”.
Pada saat yang lain, ada seorang laki-laki datang menemui Umar bin Khathab. Ia meminta kepada Umar untuk mendoakannya agar terlepas dari beban kesulitan hidupnya. Tanpa diduga, Umar malah berkata, “Kamu datang pada orang yang kurang tepat, coba kamu datang kepaa si fulan dan mintalah ia berdoa untukmu, niscaya doanya akan dikabul oleh Allah”.
Ternyata si fulan yang dimaksud oleh Umar adalah laki-laki yang senantiasa menggendong ibunya kemanapun ibunya itu pergi.
Dari sini, kita bisa menarik benang merah bahwa ada korelasi yang sangat kuat antara birrul walidain (berbakti kepada orangtua) dengan pengabulan doa.
6. Orang yang shaum
Rasulullah saw bersabda, “Ada tiga buah doa yang tidak akan ditolak: doa orang yang shaum saat ia berbuka, doa pemimpin yang adil, dan doa orang yang dizalimi” (HR. Ahmad dan Tirmidzi. Tirmidzi menilai derajat hadits ini hasan).
7. Doa seorang muslim untuk saudaranya saat ia tidak ada
Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seorang muslim mendoakan saudaranya saat ia sedang tidak ada, melainkan malaikat berkata, ‘kamu pun akan mendapatkan seperti apa yang kamu doakan” (HR. Muslim).
wallahu a’lam bi al-shawab

Senin, 13 Februari 2012

Jaga Lisanmu


Banyak orang merasa bangga dengan kemampuan lisannya (lidah) yang begitu fasih berbicara. Bahkan tak sedikit orang yang belajar khusus agar memiliki kemampuan bicara yang bagus. Lisan memang karunia Allah yang demikian besar. Dan ia harus selalu disyukuri dengan sebenar-benarnya. Caranya adalah dengan menggunakan lisan untuk bicara yang baik atau diam. Bukan dengan mengumbar pembicaraan semau sendiri.
Orang yang banyak bicara bila tidak diimbangi dengan ilmu agama yang baik, akan banyak terjerumus ke dalam kesalahan. Karena itu Allah dan Rasul-Nya memerintahkan agar kita lebih banyak diam. Atau kalaupun harus berbicara maka dengan pembicaraan yang baik. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (Al-Ahzab: 70)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Al-Imam Al-Bukhari hadits no. 6089 dan Al-Imam Muslim hadits no. 46 dari Abu Hurairah)
Lisan (lidah) memang tak bertulang, sekali engkau gerakkan sulit untuk kembali pada posisi semula. Demikian berbahayanya lisan, hingga Allah dan Rasul-Nya mengingatkan kita agar berhati-hati dalam menggunakannya.
Dua orang yang berteman penuh keakraban bisa dipisahkan dengan lisan. Seorang bapak dan anak yang saling menyayangi dan menghormati pun bisa dipisahkan karena lisan. Suami istri yang saling mencintai dan saling menyayangi bisa dipisahkan dengan cepat karena lisan. Bahkan darah seorang muslim dan mukmin yang suci serta bertauhid dapat tertumpah karena lisan. Sungguh betapa besar bahaya lisan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci oleh Allah yang dia tidak merenungi (akibatnya), maka dia terjatuh dalam neraka Jahannam.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6092)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang tidak benar (baik atau buruk), hal itu menggelincirkan dia ke dalam neraka yang lebih jauh antara timur dan barat.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6091 dan Muslim no. 6988 dari Abu Hurairah Rad. )
Al-Imam An-Nawawi mengatakan: “Hadits ini (yakni hadits Abu Hurairah yang dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim) teramat jelas menerangkan bahwa sepantasnya bagi seseorang untuk tidak berbicara kecuali dengan pembicaraaan yang baik, yaitu pembicaraan yang sudah jelas maslahatnya dan kapan saja dia ragu terhadap maslahatnya, janganlah dia berbicara.” (Al-Adzkar hal. 280, Riyadhus Shalihin no. 1011)
mengatakan: “ Al-Imam Asy-Syafi’i Apabila dia ingin berbicara hendaklah berpikir dulu. Bila jelas maslahatnya maka berbicaralah, dan jika dia ragu maka janganlah dia berbicara hingga nampak maslahatnya.” (Al-Adzkar hal. 284)
Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Al-Imam An-Nawawi mengatakan: “Ketahuilah, setiap orang yang telah mendapatkan beban syariat, seharusnya menjaga lisannya dari semua pembicaraan, kecuali pembicaraan yang sudah jelas maslahatnya. Bila keadaan berbicara dan diam sama maslahatnya, maka sunnahnya adalah menahan lisan untuk tidak berbicara. Karena pembicaraan yang mubah bisa menarik kepada pembicaraan yang haram atau dibenci, dan hal seperti ini banyak terjadi. Keselamatan itu tidak bisa dibandingkan dengan apapun.”
Keutamaan Menjaga Lisan
Memang lisan tidak bertulang. Apabila keliru menggerakkannya akan mencampakkan kita dalam murka Allah yang berakhir dengan neraka-Nya. Lisan akan memberikan ta’bir (mengungkapkan) tentang baik-buruk pemiliknya. Inilah ucapan beberapa ulama tentang bahaya lisan:
1. Anas bin Malik : “Segala sesuatu akan bermanfaat dengan kadar lebihnya, kecuali perkataan. Sesungguhnya berlebihnya perkataan akan membahayakan.”
2. Abu Ad-Darda’ : “Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang yaitu orang yang diam namun berpikir atau orang yang berbicara dengan ilmu.”
3. Al-Fudhail : “Dua perkara yang akan bisa mengeraskan hati seseorang adalah banyak berbicara dan banyak makan.”
4. Sufyan Ats-Tsauri : “Awal ibadah adalah diam, kemudian menuntut ilmu, kemudian mengamalkannya, kemudian menghafalnya lantas menyebarkannya.”
5. Al-Ahnaf bin Qais : “Diam akan menjaga seseorang dari kesalahan lafadz (ucapan), memelihara dari penyelewangan dalam pembicaraan, dan menyelamatkan dari pembicaraan yang tidak berguna, serta memberikan kewibawaan terhadap dirinya.”
6. Abu Hatim : “Lisan orang yang berakal berada di belakang hatinya. Bila dia ingin berbicara, dia mengembalikan ke hatinya terlebih dulu, jika terdapat (maslahat) baginya maka dia akan berbicara. Dan bila tidak ada (maslahat) dia tidak (berbicara). Adapun orang yang jahil (bodoh), hatinya berada di ujung lisannya sehingga apa saja yang menyentuh lisannya dia akan (cepat) berbicara. Seseorang tidak (dianggap) mengetahui agamanya hingga dia mengetahui lisannya.”
7. Yahya bin ‘Uqbah: “Aku mendengar Ibnu Mas’ud berkata: ‘Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang benar selain-Nya, tidak ada sesuatu yang lebih pantas untuk lama dipenjarakan dari pada lisan.”
8. Mu’arrifh Al-‘Ijli : “Ada satu hal yang aku terus mencarinya semenjak 10 tahun dan aku tidak berhenti untuk mencarinya.” Seseorang bertanya kepadanya: “Apakah itu wahai Abu Al-Mu’tamir?” Mua’arrif menjawab: “Diam dari segala hal yang tidak berfaidah bagiku.”
(Lihat Raudhatul ‘Uqala wa Nuzhatul Fudhala karya Abu Hatim Muhamad bin Hibban Al-Busti, hal. 37-42)
Buah Menjaga Lisan
Menjaga lisan jelas akan memberikan banyak manfaat. Di antaranya:
1. Akan mendapat keutamaan dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Abu Hurairah Rad. meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6090 dan Muslim no. 48)
2. Akan menjadi orang yang memiliki kedudukan dalam agamanya.
Dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam ketika ditanya tentang orang yang paling utama dari orang-orang Islam, beliau menjawab:
“(Orang Islam yang paling utama adalah) orang yang orang lain selamat dari kejahatan tangan dan lisannya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 11 dan Muslim no. 42)
Asy-Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali mengatakan: “Hadits ini menjelaskan larangan mengganggu orang Islam baik dengan perkataan ataupun perbuatan.” (Bahjatun Nazhirin, 3/8)
3. Mendapat jaminan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam untuk masuk ke surga.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda dalam hadits dari Sahl bin Sa’d :
Barangsiapa yang menjamin untukku apa yang berada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku akan menjamin baginya al-jannah (surga).” (HR. Al-Bukhari no. 6088)
Dalam riwayat Al-Imam At-Tirmidzi no. 2411 dan Ibnu Hibban no. 2546, dari shahabat Abu Hurairah Rad. , Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Barangsiapa yang dijaga oleh Allah dari kejahatan apa yang ada di antara dua rahangnya dan kejahatan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka dia akan masuk surga.”
4. Allah akan mengangkat derajat-Nya dan memberikan ridha-Nya kepadanya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda dalam hadits dari Abu Hurairah Rad. :
Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat dari apa yang diridhai Allah yang dia tidak menganggapnya (bernilai) ternyata Allah mengangkat derajatnya karenanya.” (HR. Al-Bukhari no. 6092)
Dalam riwayat Al-Imam Malik, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali dalam Bahjatun Nazhirin (3/11), dari shahabat Bilal bin Al-Harits Al-Muzani bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat yang diridhai oleh Allah dan dia tidak menyangka akan sampai kepada apa (yang ditentukan oleh Allah), lalu Allah mencatat keridhaan baginya pada hari dia berjumpa dengan Allah.”
Demikianlah beberapa keutamaan menjaga lisan. Semoga kita diberi kemampuan oleh Allah untuk melaksanakan perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya dan diberi kemampuan untuk mengejar keutamaan tersebut. Wallahu a’lam